PERIBAHASA INDONESIA

PERIBAHASA INDONESIA

Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan

(Artinya: Bersama – sama berbahagia, bersama – sama menderita)

Ada gula ada semut
(Artinya: Orang yang kaya/banyak harta sering dikunjungi orang)

Ada aku dipandang hadap, tiada aku pandang belakang
(Artinya: Di depan bermulut manis, dibelakang perkataannya busuk)

Adat gunung tempatan kabut
(Artinya: Kepada yang pandai kita bertanya dan kepada yang kaya kita meminta/meminjam)

Anak baik menantu molek
(Artinya: Memperoleh bermacam – macam keuntungan)

Anjing galak, babi berani
(Artinya: Kedua belah pihak masing – masing sama berani)

Anjing mengulangi bangkai
(Artinya: Pelacur mengulangi menjalani profesinya)

Air besar batu bersibak
(Artinya: Bila ada bahaya atau malapetaka, tiap – tiap orang biasanya mencari kaumnya atau keluarganya atau bangsanya atau kalanganya)

Air susu dibalas dengan air tuba
(Artinya: Kebaikan dibalas dengan kejahatan)

Air tenang menghanyutkan
(Artinya: Orang yang diam banyak pengetahuannya)

Air cucuran atap jatuhnya kepelimbahan juga
(Artinya: Tingkah laku anak meniru tingkah laku orang tuanya)

Air yang tenang jangan disangka tiada berbahaya
(Artinya: Orang pendiam jangan dianggap penakut atau dapat dipermainkan)

Air yang dingin juga dapat memadamkan api
(Artinya: Perkataan yang lemah – lembut dapat menenangkan orang yang sedang marah dan panas hati)

Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam
(Artinya: Makan dan minum terasa tak enak karena hati sedang gelisah)

Air beriak tanda tak dalam
(Artinya: Banyak bicaranya tetapi tidak banyak pengetahuannya atau pengalamannya)

Bagai ayam bertelur di padi
(Artinya: Hidup senang tak kekurangan sesuatu apapun)

Bagai Anjing menggonggong (menyalak) di ekor gajah
(Artinya: Seorang yang hina – dina melawan seorang yan mulia dan berkuasa)

Bagai memakai baju pinjaman (dipinjam)
(Artinya: Kelihatan tidak patut dan canggung apabila tingkah – laku kita tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya)

Bagai balam dengan ketitiran
(Artinya: Selalu berselisih, tak dapat bersatu padu)

Bagai baling – baling di atas bukit
(Artinya: Berpikiran tidak tetap, selalu dapat dipengaruhi orang)

Bagai kuku dengan daging
(Artinya: Kasih – sayang yang tak terhingga)

Bagai si lumpuh pergi merantau
(Artinya: Melakukan suatu pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan, tidak mungkin pula memberikan hasil)

Banyak habis, sedikit sedang
(Artinya: Uang/harta yang banyak akan habis juga terpakai, sedangkan uang/harta yang sedikit dapat juga mencukupi. Cukup atau tidaknya uang/harta seseorang bergantung pada hemat atau borosnya orang tersebut)

Bagai berpijak di bara hangat
(Artinya: Orang yang gelisah karena kemalangan atau terganggu pikirannya)

Bau busuk tiada berbangkai
(Artinya: Celaan/hinaan yang tidak benar karena tidak ada buktinya)

Baunya setahun pelajaran
(Artinya: Bau yang teramat sangat)

Bapak burik, anaknya tentu rintik
(Artinya: Sedikit banyak sifat seseorang akan turun kepada anaknya)

Bergantung pada akar lapuk
(Artinya: Mengaharapkan bantuan kepada seseorang yang sama sekali tidak dapat memberi bantuan)

Belum beranak sudah berbesan
(Artinya: Belum berhasil mendapatkan sesuatu , tetapi sudah merasa berhasil)

Belum beranak sudah ditimang
(Artinya: Belum berhasil mendapatkan sesuatu , tetapi sudah merasa berhasil)

Belum berkuku hendak mencubit
(Artinya: Belum berkuasa tetapi sudah mencari – cari kesalahan orang)

Bayang – Bayang sepanjang badan
(Artinya: Perbuatan kita harus sesuai dengan kekuatan dan keadaan kita sendiri)

Bayang – bayang sepanjang tubuh
(Artinya: Mengharapkan sesuatu yang belum tentu diperoleh)

Beranak tiada berbidan
(Artinya: Menderita kesusahan karena kebodohan)

Berbilang dari esa, mengaji dari alif
(Artinya: Mengerjakan sesuatu harus dari permulaan, kemudian berangsur – angsur sampai selesai)

Buka kulit ambil isi
(Artinya: Merundingkan sesuatu dengan terus terang, tidak ada hal – hal yang disembunyikan oleh kedua belah pihak)

Dapat durian runtuh
(Artinya: Mendapat keuntungan yang besar tanpa bersusah – payah)

Dapat karun timbul
(Artinya: Mendapat keuntungan yang besar tanpa bersusah – payah)

Dapat kopi pahit
(Artinya: Mendapat teguran/peringatan yang keras dari pimpinan/atasannya)

Disangka tiada akan mengaram, ombak yang kecil diabaikan
(Artinya: Kelalaian/kesalahan yang kecil dapat berubah menjadi bencana yang besar dan membinasakan)

Di luar bagai madu, di dalam bagai empedu
(Artinya: Ucapannya sangat manis, tetapi hatinya sangat jahat)

Di luar merah, di dalam pahit
(Artinya: Ucapannya sangat manis, tetapi hatinya sangat jahat)

Duduk meraut ranjau, berdiri melihat musuh
(Artinya: Terus – menerus bekerja, tak suka membuang waktu)

Digenggam takut mati, dilepas takut terbang
(Artinya: Sesuatu hal yang sangat pelik/sukar, karena apabila dibuang atau disimpan sama – sama merugikan)

Habis manis sepah dibuang
(Artinya: Suatu barang atau seseorang yang tidak dipedulikan atau dilupakan karena tidak ada lagi manfaatnya)

Hendak tinggi terlalu jauh, hendak panjang terlalu patah
(Artinya: Baranh siapa dengan sengaja berbuat kesalahan/keangkuhan akhirnya akan celaka juga)

Hidup segan mati tak mau
(Artinya: Hidup penuh penderitaan karena menderita penyakit yang berkepanjangan)

Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah
(Artinya: Selama kita hidup harus patuh pada hukum dan aturan – aturan, karena kita akan mempertanggungjawabkannya ketika meninggal)

Hilang tentu rimbanya, mati tentu kuburnya
(Artinya: Suatu masalah yang jelas dan tuntas)

Hilang di mata, di hati jangan
(Artinya: Walaupun tak dapat dipandang/dilihat lagi, tetapi hendaknya selalu diingat di dalam hati)

Hujan emas dinegeri orang, hujan batu negeri sendiri, baik juga di negeri sendiri
(Artinya: Meskipun di negeri orang merasa bahagia, lebih bahagia di negeri sendiri)

Hujan tak sekali jatuh, simpai tak sekali erat
(Artinya: Setiap pekerjaan tidak dapat dikerjakan sekaligus, biasanya berangsur – angsur, sedikit demi sedikit)

Ibarat burung, mata lepas badan terkurung
(Artinya: Terjamin dan terpelihara tetapi tidak bahagia karena terkungkung)

Ikut hati mati, ikut rasa binasa, ikut mata leta
(Artinya: Barang siapa hidupnya hanya mengikuti hawa nafsu, selamanya dirinya akan binasa)

Intan itu jika terbenam dalam pelimbahan sekalipun, tiada hilang cahayanya
(Artinya: Kebenaran walaupun ditutupi tetap akan menjadi nyata dan jelas/ Orang yang perilakunya baik walaupun miskin dan sengsara tetap orang baik)

Jatuh di atas tilam
(Artinya: Menjadi sangat berbahagia dan tak kekurangan sesuatu apapun karena mendapat isteri yang kaya – raya)

Jauhari juga yang mengenal manikam
(Artinya: Hanya orang yang arif bijaksana yang mengetahui keindahan dan manfaat dari ilmu penegtahuan)

Jiwa bergantung di ujung rambut
(Artinya: Keadaan serba sulit dan jiwanya terancam)

Kalah jadi abu, menang jadi arang
(Artinya: Pihak yang kalah dan yang menang sama – sama rugi);

Kera menegurkan tahinya
(Artinya: Orang yang berbuat kesalahan, ia sendiri yang terlebih dahulu memberitahukan kesalahannya)

Keras bagai batu, tinggi bagai langit
(Artinya: Orang yang tidak mengindahkan/mentaati perintah pimpinananya)

Kesturi mati karena baunya
(Artinya: Orang yang binasa karena kelebihannya, baik karena hartanya maupun karena derajatnya)

Kerja raja dijunjung, kerja kita dikelek
(Artinya: Sambil kita mengerjakan sesuatu untuk orang lain, kita dapat menyelesaikan pekerjaan kita sendiri dengan tidak mengurangi hasil pekerjaan untuk orang lain)

Keris panjang berkelok, kemana dibawa kemana elok
(Artinya: Orang yang banyak dan lengkap pengetahuannya, disuruh apa saja ia pasti dapat mengerjakannya dengan baik)

Laba sama dibagi, rugi sama diterjuni
(Artinya: Sama – sama untung dan sama – sama rugi secara adil)

Lain dulang lain kaki, lain orang lain hati
(Artinya: Setiap orang berlainan pikiran, perasaan dan keinginannya)

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya
(Artinya: Lain negara/daerah lain aturan dan adat istiadatnya)

Lain lauk lain nasi
(Artinya: Seseorang yang mendapat dua keuntungan dari satu pekerjaan yang telah ia kerjakan)

Laut mana yang tak berombak, bumi mana yang tak ditimpa hujan
(Artinya: Tak ada seorangpun yang tidak pernah melakukan kesalahan, meskipun satu kali saja)

Lembu punya susu, sapi punya nama
(Artinya: Kita yang bekerja keras dan banyak mengeluarkan uang, tetapi orang lain yang beruntung dan mendapat pujian)

Lepas bantal berganti tikar
(Artinya: Seorang suami yang ditinggal meninggal isterinya, menikah lagi dengan saudara/keluarga istrinya )

Malam berselimut embun, siang bertudung awan
(Artinya: Sangat miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal)

Manis bagai gula jawa
(Artinya: Suami – isteri yang sama cantiknya)

Menjemur sementara hari panas
(Artinya: Bekerja keras mencari harta dan pengetahuan selama masih muda, jangan ditunggu sampai tua)

Mencari jejak dalam air
(Artinya: Pekerjaan yang sia – sia tidak akan menghasilkan apapun)

Minta sisik pada limbat
(Artinya: Mengharapkan sesuatu yang mustahil, karena yang diharapkan itu tidak ada)

Patah arang
(Artinya: Perselisihan yang mendalam antara kedua belah pihak dan tidak dapat didamaikan lagi)

Pelanduk melupakan jerat tetapi jerat tidak melupakan pelanduk
(Artinya: Seseorang yang telah menipu orang lain selalu ingat akan perbuatannya dan pembalasannya)

Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna
(Artinya: Segala sesuatu yang akan dikerjakan hendaknya dipirkan dahulu baik – baik supaya tidak menyesal)

Pisang ditanam tak berjantung
(Artinya: Usaha/upaya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak menghasilkan sesuatu/ apa – apa)

Pucuk dicinta, ulam tiba
(Artinya: Mendapatkan sesuatu yang sangat diharapkan)

Putus benang boleh dihubung, putus arang bercerai lalu
(Artinya: Bercerai atau ditinggal mati isteri tidak begitu sukar karena suami bisa kawin lagi, Tetapi jika yang meninggal adal sanak saudara maka tidak dapat dicari ganti)

Seperti ikan pulang ke lubuk
(Artinya: Orang yang telah pulang ke negerinya tidak gampang pergi kembali)

Seperti kambing dengan dengan harimau
(Artinya: Orang lemah melawan orang yang kuat)

Seperti kambing dikuliti hidup – hidup
(Artinya: Menderita kesakitan yang tak terhingga)

Seperti katak di bawah tempurung
(Artinya: Seseorang yang sangat sedikit pengetahuan dan pengalamannya, karena selalu tinggal di kampung halaman dan jarang bepergian jauh)

Seperti api di dalam sekam
(Artinya: Melakukan kejahatan atau kezoliman secara diam – diam)

Sehabis kelahi teringat silat
(Artinya: Sesudah pekerjaan selesai, baru teringat cara yang terbaik untuk mengerjakan pekerjaan itu)

Sekepal menjadi gunung, setitik menjadi laut
(Artinya: Nasehat yang baik meskipun sedikit maka akan menyelamatkan dirinya)

Tambah air tambah sagu
(Artinya: Kalau tambah pekerjaan tambah pula penghasilannya)

Terasa – rasa bagai duri dalam daging
(Artinya: Hati terasa sakit karena kata – kata yang melukainya)

Tidak kekal bunga dikarang
(Artinya: Kekayaan atau kehormatan yang sudah tidak ada lagi, atau perkawinan yang sebentar saja)

Tiada raja yang menolak sembah
(Artinya: Lazimnya orang suka menerima hadiah atau kehormatan)

Jakarta, 18 Oktober 2008
Created and Posted by: APPE HAMONANGAN  HUTAURUK, SH., MH.
HP. 0818964919

 

LAW  FIRM APPE  HAMONANGAN   HUTAURUK & ASSOCIATES
KETUA  UMUM  DPP LSM  KOMAKOPEPA
AKTIVIS’98

Leave a Reply

News Feed