ATURAN HUKUM SURAT PERJANJIAN JUAL BELI
Aturan Hukum Surat Perjanjian Jual Beli akan timbul apabila terjadi transaksi jual beli antara pembeli dan penjual, pada saat terjadinya kesepakatan satu sama lain pihak dalam menentukan harga dan barang. Meskipun barang tersebut belum diserahkan atau belum dibayar lunas.
Terkait perjanjian jual beli tersebut undang-undang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk menentukan syarat sah yang harus dipenuhi dalam surat perjanjian jual beli tersebut. Aturan hukum surat perjanjian jual beli ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.
Walaupun dalam ketentuan undang-undang memberikan kebebasan sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, namun para pihak tidak diperbolehkan membuat atau mengadakan perjanjian jual beli yang dapat mengganggu ketertiban umum, atau melanggar aturan hukum surat perjanjian jual beli berdasarkan Undang-Undang.
Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, namun dalam prakteknya masih terdapat syarat sah perjanjian jual beli yang dinilai menyimpang dari asas yang terkandung dalam Pasal 1338 KUHPerdata ayat (3).
Segala hal terkait hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian jual beli harus dipenuhi dan tidak boleh menimbulkan wanprestasi atau tidak dipenuhinya prestasi. Hak dan kewajiban pihak yang terlibat dalam perjanjian jual beli, akan disesuaikan berdasarkan undang – undang.
Aturan hukum surat perjanjian jual beli akan lebih sempurna jika dibuat dihadapan notaris, hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 1870 KUHPerdata, yang berbunyi “Suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya.”. Pembuatan surat perjanjian jual beli dihadapan notaris merupakan salah satu langkah preventif dari resiko yang akan timbul seperti sengketa dan perselisihan antara pihak yang terlibat.
Tujuan dari pembuatan perjanjian jual beli akan disesuaikan berdasarkan pembelian dari jenis barang, sehingga aturan hukum surat perjanjian jual beli akan memuat ketentuan – ketentuan (pasal – pasal) yang mengikat tergantung pembelian dari barang tersebut. Terdapat beberapa pasal yang mengatur jenis benda dalam transaksi jual beli yang dilakukan, dan pasal ini akan disertakan dalam isi perjanjian jual beli tersebut.
Mengingat fungsi dari surat perjanjian jual beli sebagai dokumen resmi atau bukti telah dilakukannya sebuah transaksi, maka dapat dikatakan bahwa dalam pembuatannya harus dilakukan dengan sadar dan tanpa adanya paksaan antara pihak terlibat.
Sebaiknya sebelum dilakukan atau diputuskan untuk membuat surat perjanjian jual beli, perlu diperhatikan/dilihat contoh surat perjanjian jual beli dan mengetahui cara membuat surat perjanjian jual beli terlebih dahulu, agar dalam melaksanakan transaksi jual beli tidak menimbulkan resiko yang merugikan antar pihak.
Dr. APPE HAMONANGAN HUTAURUK, SH., MH.