BINGUNG MERUPAKAN SIKAP ABSURDITAS
Barangkali bermanfaat menyimak himbauan Alvin Toffler, bahwa Kita tdak dapat dan tidak boleh mematikan tombol kemajuan teknologi. Hanya kaum romantik dungu yang mengoceh tentang kembali ke “keadaan alamiah”. Sedangkan keadaan alamiah itu menurut dia: adalah keadaan dimana – anak – anak kurus kering dan mati karena tidak ada perawatan medis elementer, kekurangan gizi menghambat kerja otak dan dimana seperti diingatkan oleh Hobbes, kehidupan itu “miskin, curang, kejam dan pendek”. Oleh karena itu Alvin Toffler menyimpulkan, “ Mengingkari teknologi itu tidak saja bodoh, tetapi juga tidak bermoral”.
Perkembangan teknologi tidak mungkin dihentikan, atau menghentikannya dianggap tindakan yang tidak bermoral. Masyarakat teknologi sekarang, mesti menyadari hari esok mereka. Arus perubahan dan pergeseran yang terjadi sekarang belum dapat dikatakan GELOMBANG TERAKHIR (the last wave). Perluasan dan pengembangan industri dan teknologi yang telah mereka hasilkan sekarang, kemungkinan besar BUKAN BATAS PENCAPAIAN (not the limit).
Dalam pergulatan menuju perkembangan dan pembaharuan yang belum mencapai batas tersebut, kemungkinan besar selalu berhadapan dengan MALAPETAKA (catastrophic). Kejutan yang ditimbulkan “economic collapse”, menyaksikan “hancurnya hutan” (the death of the forest).
Disintegrasi Dana Moneter Internasional, berbagai macam “bencana alam” dan gempa bumi dahsyat, “Kelaparan global” (global famine), terutama di kawasan negara miskin di benua Afrika, bermunculan “terorisme” internasional, invasi, pembunuhan missal (assassinations) dalam bentuk “pembersihan ras” (race cleansing).
Memang dalam menghadapi perkembangan hasil teknologi, terkadang mengandung impian buruk. Hal yang seperti itu, telah dikemukakan Maskarayroy: “Modernmen is suffering from his modernity. He finds himself imprisoned within the objectified institutional structures of his own creation …. and waited paradise in the earth ….. This dream is however, turning ito a nightmare”.
Sewaktu Jerman Barat berhasil menciptakan “economic miracle”, mereka tidak sadar bahwa bersamaan dengan itu “telah membunuh hutan” (they were killing the forest). Pada saat General Motor menyingkirkan Pacific Electric Public Train dengan sistem jalan raya bebas hambatan, mereka katakana “progress”. Padahal untuk itu harus dibayar dengan pengorbanan kerusakan hutan yang sangat luas. Malah perlu dipertanyakan lagi, apakah DDT, Plotonium, thalidomide, dioxin maupun bioteknologi dapat disebut kemajuan oleh karena mampu memperlambat pembusukan dan kerusakan buah, jika dibandingkan dengan kerusakan ekologis yang ditimbulkannya.
Barngkali William Irwin Thompson sendiri menyiratkan suatu peringatan untuk menjawab kebingungan atau mimpi buruk yang mungkin terjadi. Kehidupan manusia di Planet Bumi “neither angelic nor extraterrestrial” (tidak seperti malaikat dan bukan berada di luar kawasan bumi).
Oleh karena keberadaan manusia tidak seperti malaikat serta bukan berada di kawasan ekstra – terresterial (di luar bumi), pada suatu saat sangat wajar apabila dia tidak tahu, apa yang tersembunyi dibalik segala perkembangan dan pembaharuan yang dihasilkan teknologi. Tak ubahnya manusia meraba – raba apa yang tersembunyi DIBALIK RAHASIA GALAXY, yang ada di luar angkasa. Namun yang rasional dan realistik, manusia harus mencari jawab, sesuai dengan keadaan dan keberadaan mereka sebagai penduduk bumi.
Perkembangan dan kemajuan teknologi bukan hasil karya ANGELIC, dan bukan dimanfaatkan dalam alam EXTRA TERRESTERIAL. Dalam kondisi yang seperti itu, dampak kemajuan teknologi, pasti membonceng berbagai bentuk KEJAHATAN BARU dan MODUS OPERANDI BARU.
Pada saat terjadi perkembangan masyarakat industrialis, langsung membawa dampak perkembangan populasi dan perkotaan. Muncul pinggiran kumuh. Tindak pidana meningkat (crime increased). Pelanggaran ketertiban makin sering terjadi. Modus operandi semakin canggih. Menghadapi hal tersebut, segera manusia melakukan penyesuaian (adjustment) melalui PERLUASAN dan PEMBAHARUAN HUKUM (to enlarge, to growth and reform the law). Mengembangkan SCIENTIFIC INVESTIGATION dalam bentuk THE RATIONAL SCIENTIFIC. Kemudian dibarengi pula dengan pengembangan “a crime prevention technology”.
Semakin maju masyarakat, semakin dibutuhkan berbagai macam peraturan yang mampu MENGENDALIKAN tingkah laku manusia. Namun demikian, harus tetap disadari peringatan Grant Gilmore yaitu “tidak berarti semakin banyak peraturan perundang – undangan, akan menjamin masyarakat dapat diantar kea lam sorgawi. Menurut dia “the better the society, the less law will be. In heaven there will be no law, and lion will lie down with lamb”. Akan tetapi sebaliknya, meskipun teknologi dapat mengantar manusia ke puncak kemajuan dan kesejahteraan, keberadaan mereka tetap di planet bumi, yang tidak luput dari kekacauan yang tidak dapat dihilangkan dan diprediksi sebelumnya. Oleh karena itu “in hell there will be nothing but law”. Sehubungan dengan itu, munculnya kejahatan yang mempergunakan teknologi tinggi, harus segera diantisipasi dengan peraturan perundang – undangan, yang memberi daya upaya menghadapinya dengan jalan “high-tech response”, agar kehidupan manusia TIDAK DI SORGA dan TIDAK DI NERAKA.
Created and Posted By: Appe Hamonangan Hutauruk, SH., MH. Lecturer, Advocate and Legal Consultant Handphone: 0818964919, 085959597919, 081213502002
https://www.youtube.com/watch?v=TuSlCHjaJWw